Selarik Kata Putus Asa

Ketika jemari tak mampu lagi menggenggam, ketika tangan tak mampu lagi tuk menggapai. Kan kulepaskan pelukan hujan secara perlahan. Setidaknya aku masih bisa mencoba untuk tetap menari dalam rinai hujan, setidaknya hujan menyamarkan hingar bingar cacian yang ditujukan padaku oleh mereka. Sadarku, aku memang tak sempurna. Iis dahlia bilang "apalah apalah", cita citata bilang "Aku mah apa atuh". Sadarku aku bukan siapa-siapa, aku cu ma pencari perhatian orang-orang disekelilingku agar aku dikenal banyak orang, bukan begitu kawan? Sindiran itu menohok bagian terdalam diri ini. Mungkin memang begitu cara mereka menyapaku. Tapi ya sudahlah, mungkin ini konsekuensi yang harus aku terima. Mungkin sudah waktunya aku untuk pergi, mundur teratur secara perlahan. Terimakasih bumi pertiwi, kau telah ajarkan ku keindahan dalam hidup. Terimakasihku karena kau beri kesempatan padaku untuk menikmati anugerah terindah Tuhan. Tetaplah indah dan tetaplah berseri wahai B...