Posts

Showing posts from March, 2015

Selarik Kata Putus Asa

Image
Ketika jemari tak mampu lagi menggenggam, ketika tangan tak mampu lagi tuk menggapai. Kan kulepaskan pelukan hujan secara perlahan. Setidaknya aku masih bisa mencoba untuk tetap menari dalam rinai hujan, setidaknya hujan menyamarkan hingar bingar cacian yang ditujukan padaku oleh mereka. Sadarku, aku memang tak sempurna. Iis dahlia bilang "apalah apalah", cita citata bilang "Aku mah apa atuh". Sadarku aku bukan siapa-siapa, aku cu ma pencari perhatian orang-orang disekelilingku agar aku dikenal banyak orang, bukan begitu kawan? Sindiran itu menohok bagian terdalam diri ini. Mungkin memang begitu cara mereka menyapaku. Tapi ya sudahlah, mungkin ini konsekuensi yang harus aku terima. Mungkin sudah waktunya aku untuk pergi, mundur teratur secara perlahan. Terimakasih bumi pertiwi, kau telah ajarkan ku keindahan dalam hidup. Terimakasihku karena kau beri kesempatan padaku untuk menikmati anugerah terindah Tuhan. Tetaplah indah dan tetaplah berseri wahai B...

Masih Tentangku (Tentang Daun Yang Rapuh)

Image
Aku tak perlu basa basi itu, prolog epilog apapun itu namanya dalam sebuah drama. Hidup ini tak seperti film drama yang terlalu didramatisir, berlebihan. Sekalipun ada waktu dimana memang kuakui drama itu ada. Sayup terdengar lantunan lagu dari winamp laptopku "Tak perlu tertawa atau menangis pada gunung dan laut Karena gunung dan laut tak punya rasa" (Payung Teduh) Ya, drama. Aku masih ingat ketika aku diliputi rasa gundah, aku mencari laut, berharap ketenangan aku dapatkan, menatap hamparan air yang luas yang entah berujung dimana. Menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku, kemudian tersedu. Dan kau pasti bisa menebaknya, laut tetap sama, bersuarakan deburan ombak, ia tak pernah memelukku, tapi setidaknya ia memberiku kesempatan untuk menenangkan diri tanpa mengusikku dengan kata "sudah jangan menangis". Aku pernah mencoba beranjak pergi, dari titik dimana aku berdiri saat ini. Mencoba menikmati embun pagi, menatap langit yang entah kan mendung a...

GELO PALA (PETUALANG) Edisi Gn Papandayan

Image
Gelopala lahir di Papandayan, Garut satu tahun silam, Tepatnya 09 Agustus 2014. Terbentuk atas ketidaksengajaan, berawal dari sekumpulan muda mudi yang belum saling mengenal yang memiliki satu tujuan, yaitu berwisata ke Gn Papandayan. Malu-malu pada awalnya maklum hanya beberapa yang saling kenal, sisanya orang baru. Apalagi 2 makhluk yang kami temukan dipinggiran jalan kota. Dan baiklah akan saya perkenalkan satu persatu. Deni Iskandar a.k.a Putra Bungsu a.k.a Sang Petualang Indie adalah kawan duetku saat di Ciremai, Gn Gede dan tour purwokerto tahun 2013 lalu, mantan rekan kerjaku. Rambutnya kriwil, berkacamata, dulu pendek sekarang lumayan lah naik mungkin 1 centimeter. Orangnya asyik, rasa setiakawan nya cukup tinggi. Minuman favoritnya susu cokelat, maklum masih masa pertumbuhan. Cukup untuk si Denok.   Qodir aliasnya apa maap saya gak tau, adalah temen kenalanku di cibunar, saat kumpul-kumpul dengan para Ranger dia nongol. Dan kabarnya dulu dia mantan s...

Aku dan Waktuku

Image
Waktu tak pernah berjalan mundur, ia selalu maju, melangkah sesuai dengan irama persecondnya. Tapi aku masih bertahan di titik ini, hanya sedikit aku berjalan lebih tepatnya menyeret paksa kakiku dan itu tak mempengaruhi jarak dari tempatku berdiri saat ini. Sebelumnya aku pernah mencoba untuk berjalan sedikit lebih cepat, tapi ternyata arah yang aku ambil mungkin salah, dan langkahku menemui jalan buntu. Aku memilih untuk kembali pada titik semula, tempat aku memulai langkahku kemarin. Bukan aku tak mau ambil resiko, karena apapun yang kita lakukan pasti beresiko pun begitu ketika aku diam di tempat tak mungkin jika tak beresiko atau bahkan resiko itu lebih tinggi. Dalam dunia bermainku entah sudah berapa tempat aku jelajahi, sudah berapa tempat dimana alam memberikan pelajarannya untukku. Tapi, ku sadari tempaan itu belum bisa membuatku mengalahkan keegoan diriku, belum bisa mengalahkan ketakutan yang mungkin tak beralasan. Suatu hari pernah aku berfikir, bertanya dalam...

Bulan Nan Indah Untuknya (Savana)

Image
Aku merindukan senja, sama seperti ketika aku rindu akan harumnya rerumputan yang basah terkena embun dipagi buta. Hampir sepanjang sore langit mendung dan hujan. Tak lagi dapat kulihat indahnya senja, namun masih bisa kunikmati udaranya yang menjadi dingin. “Aku lagi dekat dengan yang lain.” Savana hari itu memulai perbincangan. “Siapa?” mentari senja bertanya dengan nada sedikit kecewa. “April” Savana menjawab “Bulan yang indah” Senja mencoba tersenyum. Entah percakapan apa lagi yang selanjutnya terjadi. Yang aku lihat hanya semburat kekecewaan pada cahaya senja. Ya, yang aku tau senja selalu setia pada savana. Ia menanti sang waktu berpihak padanya untuk bisa kembali bercengkrama berbagi cerita bercanda tawa dengan Savana, tapi waktu tak jua berpihak padanya. Masih aku ingat ketika senja pernah berkata “Aku tak ubahnya hanya sebatas buku harianmu.” Dan ternyata ia benar. Mungkin senja marah, mungkin senja kecewa pada savana. Tapi senja adalah senja, ia...