GELO PALA (PETUALANG) Edisi Gn Papandayan



Gelopala lahir di Papandayan, Garut satu tahun silam, Tepatnya 09 Agustus 2014. Terbentuk atas ketidaksengajaan, berawal dari sekumpulan muda mudi yang belum saling mengenal yang memiliki satu tujuan, yaitu berwisata ke Gn Papandayan. Malu-malu pada awalnya maklum hanya beberapa yang saling kenal, sisanya orang baru. Apalagi 2 makhluk yang kami temukan dipinggiran jalan kota. Dan baiklah akan saya perkenalkan satu persatu.

Deni Iskandar a.k.a Putra Bungsu a.k.a Sang Petualang Indie adalah kawan duetku saat di Ciremai, Gn Gede dan tour purwokerto tahun 2013 lalu, mantan rekan kerjaku. Rambutnya kriwil, berkacamata, dulu pendek sekarang lumayan lah naik mungkin 1 centimeter. Orangnya asyik, rasa setiakawan nya cukup tinggi. Minuman favoritnya susu cokelat, maklum masih masa pertumbuhan. Cukup untuk si Denok.



 

Qodir aliasnya apa maap saya gak tau, adalah temen kenalanku di cibunar, saat kumpul-kumpul dengan para Ranger dia nongol. Dan kabarnya dulu dia mantan siswa disalah satu pendidikan organisasi/komunitas pendaki yang sangat terkenal seantero indonesia. Rambut cepak, tinggi pas-pas an, kulit sawo mateng (saking matengnya sampe gosong) dan ilmu kegunungan bisa dibilang dialah yang paling berpengalaman. Dan kali ini rumah dialah yang dijadikan basecamp untuk pemberangkatan.

Furqon a.k.a Uyon adalah salah satu siswa SMA Swasta di Kabupaten Cirebon. Perawakannya cukup tinggi jika dibandingkan dengan Deni *ups, memakai kacamata, kurus kerempeng tapi jangan salah sekalipun kurus kuat dia bawa karier segede gaban (kosong tapi) eh asli dia kuat. Dan dia yang paling sarap diantara yang lain saat dijalan.

 




Apri a.k.a (Lupa) satu sekolah dengan furqon, bisa dibilang yayangnya furqon. Cewe imut (hueks) satu ini adalah cewe tangguh, dia termasuk cewe porter, sayang kelemahannya di dengkul. Dan punya story yang lucuuuu...(maap rahasia Cuma gelo yang tau,wkwkwk). Dan kedua makhluk ini lagi fokus di Ujian Nasional.

Haduh saya lupa nama makhluk yang ini (maap kawan) tapi saya tak lupa wajahmu nan imut karena masih bocah es em pe apa sma ya? Yup, dia lah anggota termuda waktu itu, kecil, putih tapi kalau udah jalan macam kereta apli tak ada henti, hufft itu kaki dibuat dari apa ya, padahal beban dipundaknya lumayan lah. Dia pun menghilang seiring fakumnya Furqon dan Apri.

 

Munadi Iskandar Muda a.k.a Munadi Berkawan Harimau ini niiih salah satu makhluk yang kami temukan lagi bengong dipinggiran jalan, kenal Cuma via facebook komunikasi via sms dan telfon baru kali itu kita bertemu. Biasaaa namanya baru kenal, diem diem bau *eeh... Biar kayak gitu dia itu pencipta singkatan-singkatan nyeleneh bin ajaib.




Ade a.k.a apa yaaa... nanti saya tanya dulu. Kawan dari munadi tapi bukan berarti dia harimau, dia masih orang. Nasibnya sama, kita temukan dipinggiran jalan raya bak anak kehilangan induknya. Tampangnya sih agak sedikit menyeramkan, tapi orangnya dieeeeem sepanjang jalan, sekali berbicara kita semua tertawa bahagia karena akhirnya dia keluar suara juga,wkwkwkwk.
Dan terakhir adalah saya sendiri. Yanti tanpa a.k.a satu-satunya anggota yang udah jadi ibu dan paling nekat karena berada diantara para ahli pendakian, maklum jalan selangkah dua langkah udah megap-megap. Tapi atas kenekatan itulah akhirnya bisa juga jalan ke papandayan.

Perjalanan dimulai malam hari, dini hari malah, secara nungguin bis lambretaaa so much. Aku dan deni seperti tak terpisahkan Kemana-mana sama deni, sampe ke alfamart sebelah aja sama deni, kongsi kita. Begitupun dengan munadi dan ade, duduk berdua merokok berdua so sweet. Dan furqon Apri berdua makan es krim dipinggir jalan (sarap kan, dingin-dingin gitu makan es krim, gak takut mules pa ya?). Dan akhirnya mau gak mau qodir berpasangan dengan aduh lupa saya dia punya nama (kalo ada yang inget namanya komen ya?).
Obrolan demi obrolan usai, bis tak kunjung tiba. Melamun sesaat karena kantuk akhirnya bis Maya Raya tercinta hadir, sebelum naik aku pernah berkata “ ini bakal semobil sama ayam ya, pengalaman soale”. Bawaan dijejal jadi satu di bagasi yang muat ga muat ternyata bener-bener gak muat, akhirnya simpanlah sisa kariel di bangku paling belakang (smoking area). Lambat berjalan, mata merem melek ngantuk, satu persatu kulihat sudah tertidur pulas. Lama kelamaan terciumlah harum semerbak wangi khas ee ayam. Mata pun enggan terpejam, culang cileung (tengok kanan kiri) sudah pada pake masker, tengoklah kebelakang. dan ternyata apa yang aku utarakan jadi kenyataan (nyesel, tau gitu gak usah bilang). Akhirnya dengan bis AC Ekonomi jadilah bis kandang ayam. Karena kantuk kita pura-pura cuek padahal tau hoyong utah (pengen muntah). Tapi demi papandayan kita tahan sepanjang jalan kenangan. Singkat cerita sesingkat itu supir bis menyalip kanan kiri bak mobil balap, kebablasan lah kita dari perempatan cileunyi. Gak begitu jauh tapi lumayan bikin rada oleng. Waiting again, mencari elf yang mau mengantar kami sampai cisurupan. Holaaa dapet, dan kau tau saat menaikan barang bawaan yang lumayan itu, satu dari kami bersedia menjadi kenek, tapiii apa hal, dia oleng selain karena salah pijakan pas nerima itu kariel yang segede gaban bisa jadi juga karena dia kurang tinggi beberapa centi saja. Boleh kalian tebak siapakah dia???

Singkat cerita sesingkat itu sopir elf yang ngebut bawa kami ampe ke pasar tarogong, kita dianggurin (padahal gak ada anggur), protes kami akhirnya dipindahkanlah ke mobil kawannya, yang ternyata sudah ada penumpang lain di dalamnya yang sedang bobo manis berdua (tanpa tahu bahwa kita umpel-umpelan sempit). Mereka cuek aja tidur manis dan ganteng (dari kaca spion pecah). Lamaaaaa elfnya ngetem, bete. Tuhan itu adil, tau kita lagi pada bete hadirlah anak kecil pemecah kesunyian, dan ia dengan gitar mininya menyanyikan lagu milik Tegar yang terkenal gara-gara lagu Anak Jalanannya. Jangan ditanya ya bagaimana suara itu anak ngamen, namanya juga hiburan. Asli bener-bener hiburan, untungnya itu Qodir atau Munadi ya buru-buru ambil duit receh untuk itu bocah, kalau tak entahlah.  Karena saat ia pergi kami semua tertawa, kecuali mereka yang dibelakang yang sedang tidur dan rebutan tempat untuk pantat mereka berpijak.

Akhirnya dengan perjuangan penuh sesak itu elf, sampailah kami di pertigaan cisurupan. Mencari masjid terdekat untuk menunaikan kewajiban menghadap sang Illahi Rabbi, memohon keselamatan perjalanan. Wudhu singkat bro, airnya maknyusss bikin mata melek. Puas rehat sambil selfie, lanjutlah perjalanan. Bergaya sok kenal dengan track di sana kita jalan kaki dengan bawaan masing-masing, denok tuh always said deket qo (preeeeet, deket kalo naik colt). Keren kak, hebat...!!! ada yang muji kita gitu. Kawan-kawan lain yang naik mobil bak terbuka meneriaki rombongan kami macam itu, padahal saat itu kita emang lagi kebingungan nyari orang kagak ketemu-ketemu. Jauh kaki melangkah, akhirnya kita temukan tulisan RM 30 Meter dan You Know What itu rumah makan di depan mata kita,.. Repot amat ya itu plang mesti dipasang. Sambil menanti orang yang tak kunjung nongol, kita putuskan untuk istirahat makan mengisi energi. Dan disela-sela makan kami, orang yang ditunggu akhirnya nongol juga, orang yang sebelumnya meminta kami untuk turun lagi menuju masjid cisurupan (saraaaaaaap.... dipikir deket apa).

Kesarapan dimulai saat memutuskan perjalanan make mobil bak terbuka, tawar menawar jadilah. Dan disitulah aroma kekeluargaan makin menyatu, setelah sebelumnya bersarap-sarap ria sepanjang perjalanan menuju rumah makan. Sepanjang perjalanan menuju camp david tiada waktu terlewati tanpa tertawa apapun itu, sampai sakit perut, pipi kenceng, awet muda lagi dah. Dan akhirnya dengan perut kram dan pipi kenceng sampailah pada tujuan, pos pendaftaran.

Bertemu dengan pendaki lain, ngobrol-ngobrol karena sebelumnya cuma ketemu di dumay. Bertemu dengan rombongan komunitas lain (komunitas kantor sebenernya), salam-salam, foto-foto dan bubar, memisahkan diri dari mereka untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Hutan Mati (gak ada puncak cuy). Sepanjang perjalanan masih bisa ketawa, foto-foto, sampe akhirnya terciumlah bau yang sangat khas, macam bau entutnya deni, hahaha... bau belerang papandayan. Buset dah nyenget banget. Emang dasar rombongan orang-orang gila, tu gunung udah kaya daerah sendiri aja, dimana ada tempat berteduh disitulah kita buka lapak, ngopi-ngopi, ngemil-ngemil wkwkwk...

Dan perjalanan tak semulus yang di harapkan, maklum bawa emak jadi ya begitulah kudu ekstra sabar mereka, hahaha...But thanks for you guys dah sabar bingit nungguin emak yang atu ini jalan. Tengok kanan kiri, foto-foto dan tertujulah mata pada kerlip indah di sana Eidelweis terhampar luaaaaaaas. Lagi fokus nih cari jalan menuju ke itu tempat eh tiba-tiba ada suara aneh “Eh eh tulungin ini gak bisa jalan” huahahaa kaki deni nyemplung, masuk kubangan lumpur lumayan dalem, sesuatu banget ituuuuh. Setelah berhasil melewati beberapa kali jebakan batman, akhirnya bisa meluk itu eidelweis sepuasnyaaaaa.... Foto-foto bersama, walopun hasilnya gak sebagus DSLR tapi lumayan lah ada kenangan.

Lanjut perjalanan menuju hutan mati, karena waktu sudah menunjukkan saatnya makan siang dan shalat dzuhur, akhirnya nemu dah tuh tempat yang agak adem, rehat bentar, buka lapak, masak sayur asem, makan lalu shalat. Emang dasar orang-orang sarap, saat yang lain sibuk beresin peralatan masak dan ada yang terlelap tidur, eeh 3 makhluk yang lain malah santai buka tenda. Di lahan rindang nan sempit dan cuma ada kita yang buka tenda disitu. Dan wualaaa berhasil berdirilah 3 tenda untuk 8 orang. Satu tenda khusus wanita kece, aku dan apri. Ya sudah lah karena tenda sudah berdiri saatnya rehaaaaaat...bongkar-bongkar barang bawaan, ngopi bareng ngemil bareng dan bikin dagelan bareng. Rame paling rame karena emang gak ada lawan. Dan kau tau, tiap ada pendaki lain yang bawa kayu dari batang pohon yang ada di hutan mati, pasti dikomentarin, entah mereka peka atau tidak, mendengar kah atau pura-pura tuli.

Karena Cuma ada tenda kita dipintu masuk ke hutan mati, jadi berasa orang situ, karena tiap ada pendaki yang mau ke hutan mati, pasti mampir dan bertanya arah nya kemana, menuju puncak kemana, menuju ini kemana, dan keluarlah celetukan khas makhluk cirebon “kaya jagate dewek bae, padahal kitae gah beli ngerti” (terjemahin sendiri aja yah). Matahari kian tenggelam, setelah menikmati santap malam, nasgor ala cheff apri dan aku yang gak keruan rasanya. Satu persatu masuklah dalam tenda, dingin luar binasa. Tapi karena merasa sayang dengan pemandangan alam malam yang berpendarkan cahaya bulan, maka aku,deni dan qodir memutuskan jalan ke hutan mati, cari spot buat foto-foto. Dingin sih, tapi dingin terkalahkan dengan rasa penasaran akan indahnya hutan mati saat malam hari.

Waktu sudah menunjukkan saatnya masuk tenda, after menggali untuk ritual malam sebelum tidur, masuklah dalam tenda. Tapi ternyata, saat aku melaksanakan ritual, kawan duetku ternyata ngomong sendiri di depan tenda, mulai gak waras dia. Awalnya aku kira dia ngobrol sama apri, ternyata usut punya usut gak ada orang dalam tenda yang ngajak dia ngobrol, hiyyyyy.... horooorr...

Aduh ni cerita masih panjang ternyata. Aku singkat aja deh yaa...

Saatnya pulang, packing setelah sarapan dan ritual pagi lainnya. Perjalanan masih panjang, dan sepanjang jalan masih aja gak lepas dari yang namanya ketawa-ketiwi dan foto-foto pastinya, cuaca cerah ceria. Satu kejadian unik di pos II adalah sesi foto bersama, gaya nih foto pake pocket kamera tanpa minta bantuan dari orang, Cuma pake kariel gede yang diberdiriin ditengah lalu jepret, tapi dasar amatir, buru-buru foto goprak, patah deh bambu penahan spanduk bertuliskan POS II, rusuh. Dan liat kerempongan kita-kita, datanglah malaikat ganteng penyelamat menawarkan diri menjadi fotographer. Sebenernya dia lakukan itu karena ternyata kita merusak pemandangan komunitas mereka yang lagi shooting (mengusir secara halus).

Dan saat ditanya pendaki lain dari komunitas mana, atau dari komunitas khyberpass kah? Karena liat hampir semua menggunkan product khyberpass, spontan kita menjawab “bukan, kita gelopala mba/teh/kang” sambil cuek jalan.

Lanjut dan lanjut, sampai akhirnya tiba di pos terakhir. Andai punya waktu lebih banyak mungkin kita akan lanjut perjalanan ke cikuray, secara logistic masih cukup untuk satu perjalanan lagi. Tapi, yah apa mau dikata, yang lain bisa tapi emak yang satu ini gak bisa, karena esoknya harus siap berjibaku untuk jadi panitia acara semesteran kantor tercintah. Pulang kembali pulang dengan selamat. Jadi kemana lagi kita?

-Giey-29 Jan 2015

Comments

Popular posts from this blog

Hhhh...

Romansa Putih Abu-Abu ( 1 )

Tarian Jemariku