GELO PALA (PETUALANG) Edisi Gn Papandayan
Gelopala lahir di
Papandayan, Garut satu tahun silam, Tepatnya 09 Agustus 2014. Terbentuk atas
ketidaksengajaan, berawal dari sekumpulan muda mudi yang belum saling mengenal
yang memiliki satu tujuan, yaitu berwisata ke Gn Papandayan. Malu-malu pada
awalnya maklum hanya beberapa yang saling kenal, sisanya orang baru. Apalagi 2
makhluk yang kami temukan dipinggiran jalan kota. Dan baiklah akan saya
perkenalkan satu persatu.

Qodir aliasnya apa maap
saya gak tau, adalah temen kenalanku di cibunar, saat kumpul-kumpul dengan para
Ranger dia nongol. Dan kabarnya dulu dia mantan siswa disalah satu pendidikan
organisasi/komunitas pendaki yang sangat terkenal seantero indonesia. Rambut
cepak, tinggi pas-pas an, kulit sawo mateng (saking matengnya sampe gosong) dan
ilmu kegunungan bisa dibilang dialah yang paling berpengalaman. Dan kali ini
rumah dialah yang dijadikan basecamp untuk pemberangkatan.
Apri a.k.a (Lupa) satu
sekolah dengan furqon, bisa dibilang yayangnya furqon. Cewe imut (hueks) satu
ini adalah cewe tangguh, dia termasuk cewe porter, sayang kelemahannya di
dengkul. Dan punya story yang lucuuuu...(maap rahasia Cuma gelo yang
tau,wkwkwk). Dan kedua makhluk ini lagi fokus di Ujian Nasional.
Munadi Iskandar Muda
a.k.a Munadi Berkawan Harimau ini niiih salah satu makhluk yang kami temukan
lagi bengong dipinggiran jalan, kenal Cuma via facebook komunikasi via sms dan
telfon baru kali itu kita bertemu. Biasaaa namanya baru kenal, diem diem bau
*eeh... Biar kayak gitu dia itu pencipta singkatan-singkatan nyeleneh bin ajaib.

Dan terakhir adalah saya
sendiri. Yanti tanpa a.k.a satu-satunya anggota yang udah jadi ibu dan paling
nekat karena berada diantara para ahli pendakian, maklum jalan selangkah dua
langkah udah megap-megap. Tapi atas kenekatan itulah akhirnya bisa juga jalan
ke papandayan.
Perjalanan dimulai malam
hari, dini hari malah, secara nungguin bis lambretaaa so much. Aku dan deni
seperti tak terpisahkan Kemana-mana sama deni, sampe ke alfamart sebelah aja
sama deni, kongsi kita. Begitupun dengan munadi dan ade, duduk berdua merokok
berdua so sweet. Dan furqon Apri berdua makan es krim dipinggir jalan (sarap
kan, dingin-dingin gitu makan es krim, gak takut mules pa ya?). Dan akhirnya
mau gak mau qodir berpasangan dengan aduh lupa saya dia punya nama (kalo ada
yang inget namanya komen ya?).
Obrolan demi obrolan
usai, bis tak kunjung tiba. Melamun sesaat karena kantuk akhirnya bis Maya Raya
tercinta hadir, sebelum naik aku pernah berkata “ ini bakal semobil sama ayam
ya, pengalaman soale”. Bawaan dijejal jadi satu di bagasi yang muat ga muat
ternyata bener-bener gak muat, akhirnya simpanlah sisa kariel di bangku paling
belakang (smoking area). Lambat berjalan, mata merem melek ngantuk, satu
persatu kulihat sudah tertidur pulas. Lama kelamaan terciumlah harum semerbak
wangi khas ee ayam. Mata pun enggan terpejam, culang cileung (tengok kanan kiri)
sudah pada pake masker, tengoklah kebelakang. dan ternyata apa yang aku
utarakan jadi kenyataan (nyesel, tau gitu gak usah bilang). Akhirnya dengan bis
AC Ekonomi jadilah bis kandang ayam. Karena kantuk kita pura-pura cuek padahal
tau hoyong utah (pengen muntah). Tapi demi papandayan kita tahan sepanjang
jalan kenangan. Singkat cerita sesingkat itu supir bis menyalip kanan kiri bak
mobil balap, kebablasan lah kita dari perempatan cileunyi. Gak begitu jauh tapi
lumayan bikin rada oleng. Waiting again, mencari elf yang mau mengantar kami
sampai cisurupan. Holaaa dapet, dan kau tau saat menaikan barang bawaan yang
lumayan itu, satu dari kami bersedia menjadi kenek, tapiii apa hal, dia oleng
selain karena salah pijakan pas nerima itu kariel yang segede gaban bisa jadi
juga karena dia kurang tinggi beberapa centi saja. Boleh kalian tebak siapakah
dia???
Singkat cerita sesingkat
itu sopir elf yang ngebut bawa kami ampe ke pasar tarogong, kita dianggurin
(padahal gak ada anggur), protes kami akhirnya dipindahkanlah ke mobil
kawannya, yang ternyata sudah ada penumpang lain di dalamnya yang sedang bobo
manis berdua (tanpa tahu bahwa kita umpel-umpelan sempit). Mereka cuek aja
tidur manis dan ganteng (dari kaca spion pecah). Lamaaaaa elfnya ngetem, bete.
Tuhan itu adil, tau kita lagi pada bete hadirlah anak kecil pemecah kesunyian,
dan ia dengan gitar mininya menyanyikan lagu milik Tegar yang terkenal
gara-gara lagu Anak Jalanannya. Jangan ditanya ya bagaimana suara itu anak
ngamen, namanya juga hiburan. Asli bener-bener hiburan, untungnya itu Qodir
atau Munadi ya buru-buru ambil duit receh untuk itu bocah, kalau tak
entahlah. Karena saat ia pergi kami
semua tertawa, kecuali mereka yang dibelakang yang sedang tidur dan rebutan
tempat untuk pantat mereka berpijak.
Akhirnya dengan
perjuangan penuh sesak itu elf, sampailah kami di pertigaan cisurupan. Mencari
masjid terdekat untuk menunaikan kewajiban menghadap sang Illahi Rabbi, memohon
keselamatan perjalanan. Wudhu singkat bro, airnya maknyusss bikin mata melek.
Puas rehat sambil selfie, lanjutlah perjalanan. Bergaya sok kenal dengan track
di sana kita jalan kaki dengan bawaan masing-masing, denok tuh always said
deket qo (preeeeet, deket kalo naik colt). Keren kak, hebat...!!! ada yang muji
kita gitu. Kawan-kawan lain yang naik mobil bak terbuka meneriaki rombongan
kami macam itu, padahal saat itu kita emang lagi kebingungan nyari orang kagak
ketemu-ketemu. Jauh kaki melangkah, akhirnya kita temukan tulisan RM 30 Meter
dan You Know What itu rumah makan di depan mata kita,.. Repot amat ya itu plang
mesti dipasang. Sambil menanti orang yang tak kunjung nongol, kita putuskan
untuk istirahat makan mengisi energi. Dan disela-sela makan kami, orang yang
ditunggu akhirnya nongol juga, orang yang sebelumnya meminta kami untuk turun
lagi menuju masjid cisurupan (saraaaaaaap.... dipikir deket apa).
Kesarapan dimulai saat
memutuskan perjalanan make mobil bak terbuka, tawar menawar jadilah. Dan
disitulah aroma kekeluargaan makin menyatu, setelah sebelumnya bersarap-sarap
ria sepanjang perjalanan menuju rumah makan. Sepanjang perjalanan menuju camp
david tiada waktu terlewati tanpa tertawa apapun itu, sampai sakit perut, pipi
kenceng, awet muda lagi dah. Dan akhirnya dengan perut kram dan pipi kenceng
sampailah pada tujuan, pos pendaftaran.
Bertemu dengan pendaki
lain, ngobrol-ngobrol karena sebelumnya cuma ketemu di dumay. Bertemu dengan
rombongan komunitas lain (komunitas kantor sebenernya), salam-salam, foto-foto
dan bubar, memisahkan diri dari mereka untuk kemudian melanjutkan perjalanan
menuju Hutan Mati (gak ada puncak cuy). Sepanjang perjalanan masih bisa ketawa,
foto-foto, sampe akhirnya terciumlah bau yang sangat khas, macam bau entutnya
deni, hahaha... bau belerang papandayan. Buset dah nyenget banget. Emang dasar
rombongan orang-orang gila, tu gunung udah kaya daerah sendiri aja, dimana ada
tempat berteduh disitulah kita buka lapak, ngopi-ngopi, ngemil-ngemil wkwkwk...
Dan perjalanan tak
semulus yang di harapkan, maklum bawa emak jadi ya begitulah kudu ekstra sabar
mereka, hahaha...But thanks for you guys
dah sabar bingit nungguin emak yang atu ini jalan. Tengok kanan kiri, foto-foto
dan tertujulah mata pada kerlip indah di sana Eidelweis terhampar luaaaaaaas.
Lagi fokus nih cari jalan menuju ke itu tempat eh tiba-tiba ada suara aneh “Eh
eh tulungin ini gak bisa jalan” huahahaa kaki deni nyemplung, masuk kubangan
lumpur lumayan dalem, sesuatu banget ituuuuh. Setelah berhasil melewati
beberapa kali jebakan batman, akhirnya bisa meluk itu eidelweis
sepuasnyaaaaa.... Foto-foto bersama, walopun hasilnya gak sebagus DSLR tapi
lumayan lah ada kenangan.
Lanjut perjalanan menuju
hutan mati, karena waktu sudah menunjukkan saatnya makan siang dan shalat
dzuhur, akhirnya nemu dah tuh tempat yang agak adem, rehat bentar, buka lapak,
masak sayur asem, makan lalu shalat. Emang dasar orang-orang sarap, saat yang
lain sibuk beresin peralatan masak dan ada yang terlelap tidur, eeh 3 makhluk
yang lain malah santai buka tenda. Di lahan rindang nan sempit dan cuma ada
kita yang buka tenda disitu. Dan wualaaa berhasil berdirilah 3 tenda untuk 8
orang. Satu tenda khusus wanita kece, aku dan apri. Ya sudah lah karena tenda
sudah berdiri saatnya rehaaaaaat...bongkar-bongkar barang bawaan, ngopi bareng
ngemil bareng dan bikin dagelan bareng. Rame paling rame karena emang gak ada
lawan. Dan kau tau, tiap ada pendaki lain yang bawa kayu dari batang pohon yang
ada di hutan mati, pasti dikomentarin, entah mereka peka atau tidak, mendengar
kah atau pura-pura tuli.
Karena Cuma ada tenda
kita dipintu masuk ke hutan mati, jadi berasa orang situ, karena tiap ada
pendaki yang mau ke hutan mati, pasti mampir dan bertanya arah nya kemana,
menuju puncak kemana, menuju ini kemana, dan keluarlah celetukan khas makhluk
cirebon “kaya jagate dewek bae, padahal kitae gah beli ngerti” (terjemahin
sendiri aja yah). Matahari kian tenggelam, setelah menikmati santap malam,
nasgor ala cheff apri dan aku yang gak keruan rasanya. Satu persatu masuklah
dalam tenda, dingin luar binasa. Tapi karena merasa sayang dengan pemandangan
alam malam yang berpendarkan cahaya bulan, maka aku,deni dan qodir memutuskan
jalan ke hutan mati, cari spot buat foto-foto. Dingin sih, tapi dingin
terkalahkan dengan rasa penasaran akan indahnya hutan mati saat malam hari.
Waktu sudah menunjukkan
saatnya masuk tenda, after menggali untuk ritual malam sebelum tidur, masuklah
dalam tenda. Tapi ternyata, saat aku melaksanakan ritual, kawan duetku ternyata
ngomong sendiri di depan tenda, mulai gak waras dia. Awalnya aku kira dia
ngobrol sama apri, ternyata usut punya usut gak ada orang dalam tenda yang
ngajak dia ngobrol, hiyyyyy.... horooorr...
Aduh ni cerita masih
panjang ternyata. Aku singkat aja deh yaa...
Saatnya pulang, packing
setelah sarapan dan ritual pagi lainnya. Perjalanan masih panjang, dan
sepanjang jalan masih aja gak lepas dari yang namanya ketawa-ketiwi dan
foto-foto pastinya, cuaca cerah ceria. Satu kejadian unik di pos II adalah sesi
foto bersama, gaya nih foto pake pocket kamera tanpa minta bantuan dari orang,
Cuma pake kariel gede yang diberdiriin ditengah lalu jepret, tapi dasar amatir,
buru-buru foto goprak, patah deh bambu penahan spanduk bertuliskan POS II,
rusuh. Dan liat kerempongan kita-kita, datanglah malaikat ganteng penyelamat
menawarkan diri menjadi fotographer. Sebenernya dia lakukan itu karena ternyata
kita merusak pemandangan komunitas mereka yang lagi shooting (mengusir secara
halus).
Dan saat ditanya pendaki
lain dari komunitas mana, atau dari komunitas khyberpass kah? Karena liat hampir
semua menggunkan product khyberpass, spontan kita menjawab “bukan, kita
gelopala mba/teh/kang” sambil cuek jalan.
Lanjut dan lanjut, sampai
akhirnya tiba di pos terakhir. Andai punya waktu lebih banyak mungkin kita akan
lanjut perjalanan ke cikuray, secara logistic masih cukup untuk satu perjalanan
lagi. Tapi, yah apa mau dikata, yang lain bisa tapi emak yang satu ini gak
bisa, karena esoknya harus siap berjibaku untuk jadi panitia acara semesteran
kantor tercintah. Pulang kembali pulang dengan selamat. Jadi kemana lagi kita?
-Giey-29 Jan 2015
Comments
Post a Comment