Bulan Nan Indah Untuknya (Savana)



Aku merindukan senja, sama seperti ketika aku rindu akan harumnya rerumputan yang basah terkena embun dipagi buta. Hampir sepanjang sore langit mendung dan hujan. Tak lagi dapat kulihat indahnya senja, namun masih bisa kunikmati udaranya yang menjadi dingin.

“Aku lagi dekat dengan yang lain.” Savana hari itu memulai perbincangan.

“Siapa?” mentari senja bertanya dengan nada sedikit kecewa.

“April” Savana menjawab

“Bulan yang indah” Senja mencoba tersenyum.

Entah percakapan apa lagi yang selanjutnya terjadi. Yang aku lihat hanya semburat kekecewaan pada cahaya senja. Ya, yang aku tau senja selalu setia pada savana. Ia menanti sang waktu berpihak padanya untuk bisa kembali bercengkrama berbagi cerita bercanda tawa dengan Savana, tapi waktu tak jua berpihak padanya. Masih aku ingat ketika senja pernah berkata “Aku tak ubahnya hanya sebatas buku harianmu.” Dan ternyata ia benar.

Mungkin senja marah, mungkin senja kecewa pada savana. Tapi senja adalah senja, ia tau ia tak akan bisa menghindar untuk tak bertemu dengan savana. Karena saat musim semi nanti, bagaimanapun ia kan tetap menghiasi indahnya savana dengan semburat cahaya jingganya. Dan ia mau tak mau tetap berdamai dengan hati.

Hey, mampukah aku belajar untuk menjadi senja? Ikhlas menjalani ketentuan yang telah diberikan sang Pencipta untuknya? Aku harap aku bisa.




-Giey-
20 Februari 2015
(23:15)

Comments

Popular posts from this blog

Hhhh...

Romansa Putih Abu-Abu ( 1 )

Tarian Jemariku