Ijinkan Aku Mengagumimu Dalam Diam
Kutuliskan ini saat aku tak bisa langsung menulis dalam halaman blog ku karena quota internet yang sudah habis.
Masih ingat kah kau senja jika pernah ada seseorang yang mengagumiku kemarin? Sejak pertemuan itu kita intens untuk berkomunikasi, walau hanya lewat sms atau telfon sekedar bertanya kabar. Dia kini menjadi temanku, walau hanya sekali bertemu tapi kami tetap berteman baik. Kalau aku tak bertanya kabar, nanti dia yang bertanya kabar padaku. Begitu sebaliknya. Dan aku mengakui saat ini aku yang terbalik mengaguminya. Tanya darinya yang tak pernah lepas selain bertanya kabar adalah “sudah shalat?”. Ia selalu mengingatkanku untuk tak meninggalkan 5 waktu. Dan saat aku sakit, ia lah orang yang paling sibuk bertanya kabar, mengingatkanku untuk ini dan itu. Sudah macam kakakku dan bapakku saja. Tapi, jika tak ada kabar darinya aku rindu.Ah senja, mungkin kau berfikir begitu mudahnya aku mengagumi seseorang hanya karena orang itu baik padaku. Tapi inilah kenyataannya.
Aku pernah melepas
kekaguman ini, saat aku merasa ini waktunya aku melupakan, membiarkan ia dengan
dunianya, yang tak kan pernah mungkin menjadi duniaku, dan ia tak juga mungkin
bisa masuk dalam duniaku. Dan saat itu akan dimulai, ia kabar itu kembali
datang, kali ini ia tulis dengan suka cita. Dan hati ini seperti berbicara,
ketika ia berkata ia kan kembali pulang hari itu. Entahlah, seperti ada yang
memberitahuku bahwa ia kan kembali, bahkan lebih dekat jaraknya.Sejak
kepulangannya, sejak itu pula tak ada kabar darinya. Dan aku meragu saat ingin
bertanya, pernah sekali aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya, dan
hening, tak ada balas. Dan hei... dia bukan siapa-siapaku hanya teman, kenapa
aku begitu merasa kehilangan dan merindu. Lupakan, biarkan dia kembali dengan
dunianya. Jika dia tepati janji, dia tak akan melupakanmu.
Aku kembali ke duniaku,
bahkan aku mencoba untuk ke duniaku yang baru. Dunia yang sebenarnya tak asing
bagiku, hanya lama tak kusinggahi, aku miliki kawan perempuan hahaha... Sahabat
lama yang kembali bertemu hanya sekedar melepas rindu. Dan hei ia menyapaku, siapa? Dia, seseorang yang kukagumi.
Bertanya kabar, setelahnya kembali asik dengan dunia masing-masing. Setelah itu
ia tak lagi memberiku kabar, pun begitu denganku. Sampai hati dan tangan ini
menuntunku untuk membuka satu akun, dan aku tersenyum, ia aktif di akun itu dan
sepertinya ia mulai beranjak pergi kembali, entah kemana. Aku hanya bisa
mendoakan ia baik-baik saja, karena ketika aku bertanya ia tak menjawab,
mungkin ingin memberiku kejutan,hahaha...
Aku kembali bertanya
karena rasa penasaranku, entahlah rasa itu begitu kuat. Dan akhirnya ia beriku
kabar. Singkat, tapi tak apa. Lalu aku kembali bertanya ia dimana? Tak ada
balasan. Sibuk sepertinya ditempat baru. Dan tak berapa lama dia menjawab dan benarlah
dia sedang ingin memberiku kejutan, karena saat ia menjawab tanya ku tadi,
diakhiri dengan tawa. Dan kau tau senja apa rasaku? Antara percaya dan tidak,
sampai aku harus bertanya berkali-kali padanya dan memintanya meyakinkan aku.
Ia memberiku satu alamat, yang akhirnya sedikit membuatku yakin ia hadir di
sini, di kotaku. Ada rasa senang, ada rasa takut, dan ada rasa yang entah tak
kumengerti. Aku senang karena ia akhirnya singgah di kotaku, takut bila ia tak
ingin lagi bertemu denganku (siapa aku,hahaha),
dan rasa yang tak kumengerti sampai kini tetap tak kumengerti.
Malam ini ia beriku kabar
jika ia telah berada kembali di kotaku setelah sebelumnya kembali pulang untuk
berpamitan dengan keluarga. Ada rasa yang berbeda, aku hanya tak ingin ia merasa
tak nyaman karena jarak yang tak begitu jauh denganku dari tempat ia tinggal
selama 3 bulan. Karena saat jauh, kita begitu nyaman saling memberi kabar. Jadi
sepertinya aku akan membiarkan ia kembali asik dengan dunianya. Sampai ia
merasa kembali menemukan kenyamanan, dan memberiku kabar terlebih dulu. Aku hanya memintanya dalam diam ijinkan aku tetap mengagumimu dari jauh, mengagumimu dalam diam. Karena
aku tau diri, aku tak akan pernah bisa menjadi bagian dari dunianya begitupun
dengan dirinya.
Senja, bagiku hanya ada
aku dan kau savanna karena ternyata ia bukanlah senja, jingganya tak
menghangatkan luka. Ia hanyalah angin yang sekedar singgah lalu kemudian
pergi...
-Giey-
02 Agust 2015 (22:00)
Comments
Post a Comment