Aku dan Lelakiku

Sudah bulan Juli rupanya. Hari ini usiaku tepat memasuki 29 tahun. Tapi aku masih merasa usiaku ada di 25 tahun, hahaha sedikit memaksa pastinya. Beberapa juni telah kulewati, tapi aku masih menanti hari itu datang di bulan Juni berikutnya.
Ada apa dengan Juni dan mengapa harus Juni? jika tanya itu terlontar, aku hanya kan menjawab entahlah.
Seorang di sana menjadi orang pertama yang merapalkan doa hari ini, jam 00:03. Sepertinya dia sengaja menanti hari. Dan seseorang lain di sana menjadi orang terakhir yang merapalkan doa hari ini 23:47, dia savana, mungkin dia lupa hari ini, entahlah, atau mungkin dia sengaja, tak tahu.

Sudah 2 kali kulewati pertambahan angka pada usiaku di bulan nan suci Ramadhan. Tak ada yang berbeda, aku masih menikmati Ramadhan bersama ayahku dan kirana. Ada mimpi yang harus aku capai, ada target yang harus aku raih tahun yang akan datang nanti. Selalu merapal doa, berharap semoga berjalan sesuai dengan rencana.
Terimakasih untuk kalian yang membantu menambahkan doa untukku di hari ini. Semoga Tuhan mengabulkan tiap doa penuh keikhlasan yang kalian ucapkan. Aamiin.

"Datanglah bila engkau menangis, ceritakan semua yang engkau mau, percaya padaku, aku lelakimu..."

Aah lirik lagu itu begitu dalam, lagu yang diciptakan Anang untuk wanitanya. Dan aku merasa lagu ini, disenandungkan oleh ayahku untukku.
Beliaulah yang tetap memelukku erat, saat aku berfikir mungkinkah aku kan berpaling. Berpaling ke dunia yang entah bertujuan kemana. Beliaulah yang menenangkan badai, agar aku tetap berjalan tegak, hingga nanti. Beliaulah Lelaki ku kini.
Ia yang tak pernah menuntutku lebih. Ia tak pernah berbicara dengan nada tinggi, sekalipun amarah ada dalam dadanya, dan ia memilih untuk menangis.
Ia tak pernah berbuat kasar sekalipun kesalahan demi kesalahan tak jarang aku lakukan.
Ia laki-laki yang mencintai dan menyayangiku dengan hati dan keikhlasan.
"Pak,semoga Tuhan selalu memberimu kesehatan, agar kelak nanti kau kembali menjadi wali nikahku. Aamiin."

Hei, sudah 4 tahun rupanya aku menjalani kehidupan ku yang baru. Hmm tak terasa. Dan aku menikmati tiap detiknya. Yang kemarin biarlah menjadi bagian dari kisah kelam, banyak pelajaran nan berharga yang dapat aku ambil. Ada hikmah terindah darinya. Aku menatap ke depan, masih banyak mimpi yang harus aku capai, masih ada target yang harus aku gapai. Aku menatap ke atas, semangat itu harus tetap ada apapun yang terjadi, aku tak sendiri,Tuhan bersamaku. Aku melongok ke bawah, untuk mengingatkan betapa aku tak ada apa-apanya.
Aku jarang untuk meminta agar dimudahkan segala urusanku, yang aku pinta hanyalah agar Ia selalu menguatkan aku.

Aku pernah berbicara pada cermin tentang apa yang aku cari dari lelakiku, dan cermin menjawab:
Yang bisa dibanggakan dan membanggakan, tapi bukan berarti menyombongkan.
Yang bisa menjadi panutan dan contoh, tapi bukan berarti pamer.
Yang bisa memimpin dan membimbing, tapi bukan berarti otoriter.
Yang memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki rasa memiliki, tapi bukan berarti saenake dhewe.
Sudah itu saja dulu, sisanya nanti mengikuti.
Sepertinya simple tapi... ah sudahlah.

Kini, aku hanya ingin menikmati hari. Bersama sang ayah, bersama kirana dan bersama kawan-kawanku. Menemukan partner hidup itu tak semudah saat kita menemukan partner untuk mendaki gunung. Bapak bilang " Kudu tau dia luar dan dalem, sifat dan sikap, watak dan perilaku. di luaran itu keliatannya aja manis, tapi didalemnya belum tentu. Pengetahuan tentang agama dia baik juga belum tentu menjamin. Watak itu gak akan pernah berubah sampai kapanpun."

Aah bapak, matur nuwun pak selalu menjaga anakmu yang satu ini. Anakmu yang bandel, anakmu yang pemalas, anakmu yang cengeng, anakmu yang manja, maafkan anakmu ini jika selalu membuatmu repot. Aku tau hingga saat ini dan mungkin nanti, bapak akan selalu mencintaiku dengan ikhlas.
Matur nuwun sanget pak, salam takzim untukmu dari anak perempuanmu yang tersisa satu.



-Giey-
07.07.2015





Comments

Popular posts from this blog

Hhhh...

Romansa Putih Abu-Abu ( 1 )

Tarian Jemariku