Sepucuk Surat Untukmu-Sepenggal Kisahku
Kau tau aku selalu dibully oleh kawan-kawanku. Aku tak tau kenapa mereka senang membully ku, mungkin karena statusku. Kau tau, awalnya aku merasa tak keberatan, karena fikirku hanya canda, tapi lama kelamaan menjadi kebiasaan dan itu membuat aku sakit. Rasanya ingin nangis saat mereka mulai jadikanku objek candaan,ingin katakan pada mereka "cukup" tapi rasanya gak guna, karena mereka pasti bilang "gitu aja nangis, jangan dianggap seriuslah", dan aku lebih memilih berpura menikmati. Aku ikut tertawa saat mereka memulai banyolan bullyan mereka padaku, aku seolah menertawai diriku sendiri. Aku tak pernah ceritakan ini pada siapapun kau tau, kecuali pada Dia Tuhanku. Dan kau orang yang pertama yang aku ceritakan.
Cengeng banget ya aku, saat kutuliskan ini untukmu saja aku menangis, dan biasanya itu membuatku sedikit lega. Aku masih ingat ejekan mereka, karena sampai hari ini dan entah sampai kapan mereka masih akan mengejekku (mungkin). Kau pernah melihat batu besar yang akhirnya menjadi karang di pantai karena terkikis oleh hempasan ombak? dan itu yang sedang aku alami kini. Mereka tak pernah tau rasanya jadi aku, karena mereka bukan aku, dan mereka tak alami apa yang aku alami kini. Aku selalu mencoba kuat, berpura-pura kuat lebih tepatnya.
Jangan tanya apa ejekan mereka padaku, karena tak lebih dari seputaran statusku. Aku tak pernah ingin menyandang status ini jerry, tak pernah, dan aku yakin wanita diluar sanapun tak pernah menginginkannya. Dan salah kah jika ternyata aku harus menyandangnya?salahkah???!!! Hinakah jika pada akhirnya aku menyandang status itu??!!
Maaf jerry, mungkin aku terlalu terbawa suasana.
Taukah kau, beban ini terasa semakin berat menindih pundakku. Aku selalu merasa bersalah saat aku melihat kerlip bintang paling terang di luar sana, rasanya ingin aku memutar waktu untuk kembali ke masa lalu, agar semua ini tak terjadi. Tapi itu tak mungkin, karena waktu tak berjalan mundur. Dan aku, mau tidak mau, suka tidak suka, harus tetap melangkah maju menjalani semua yang telah dituliskan Tuhan untukku. Dan aku harus bisa untuk tetap kuat atau berpura-pura kuat.
Jerry,
Thanks ya, kamu udah mau repot-repot luangin waktu kamu untuk baca tulisan gak penting ini. Maafin aku ya dah sita waktu kamu. Cuma sama kamu aku bisa bebas cerita tentang apapun, ya walau terkadang kamu cuma tanggapin ceritaku dengan kata "terus?" "kamu maunya gimana?" tapi kamu masih jadi tempat yang nyaman untuk aku berbagi cerita. Karena tempat yang paling dan ternyaman adalah lantai tempatku bersujud.
"Dia mungkin tak memelukku, tapi Dia tak pernah menyalahkanku secara langsung saat itu juga,saat aku bercerita pada Nya. Dia menenangkanku, mendengarkanku, dan mengusap air mataku dengan cara Nya"
-Ketika tak kudapati bahu untuk tempatku bersandar, masih ada lantai untuk tempatku bersujud-
-Giey-
08.04.2015 (23:00)
Comments
Post a Comment