Sekelumit Kisahmu Sahabat (Maaf)

"Tau gak,sampai dengan hari kemarin dia melamarku, aku tak miliki rasa apapun sama dia. Dan hari ini aku masih belajar untuk menaruh hati padanya."

Kira-kira seperti itulah penggalan kata yang pernah aku dengar dari seorang teman wanitaku, saat ia berkisah tentang prosesi lamarannya yang bisa dibilang begitu cepat, ia yang memilih untuk tidak pacaran sebelum menikah. Dan sebulan setelah lamaran, mereka memutuskan untuk menikah. Kini kulihat raut wajah bahagia darinya dan mulai mencintai suaminya dengan tulus. Selamat kawan semoga keluargamu menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah. Aamiin.
 
 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 "Iya bun, sekarang sih harus hati-hati cari suami. Harus bener-bener kenal bibit, bebet dan bobotnya. Jangan kaya temenku, kasian. Dia juga single parent anak 1, perempuan pula. Terus dia dikenalin sama temennya,cowo. Belum lama kenal, tapi dia mutusin untuk menikah. Dan tau gak bun, kasian deh sekarang dia ngalamin KDRT, kadang anak perempuannya itu jadi sasaran. Dia gak mau cerai, katanya gak mau gagal lagi untuk yang kedua kalinya, jadi dia memilih untuk bertahan dengan suaminya yang sekarang. Anaknya dia tinggalin sama orang tuanya, karena dia gak mau anaknya jadi korban ayah tirinya.Ayah kandungnya pun gak ngasuh dia, karena istri barunya meminta syarat agar anaknya itu gak ikut sama dia. Kasian deh bun anaknya."

Miris mendengar cerita seorang kawan lama tentang sahabatnya. Sempat terdiam karena membayangkan bagaimana rasanya menjadi dia (semoga tak terjadi padaku,aamiin). Tuhan, semoga dia selalu Engkau kuatkan. Cantikkan akhlak anaknya. Dan bukakan pintu hati suaminya, dan istri sang mantan suaminya. Aamiin.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Aku gak tau lagi harus gimana, pusing teh. Aku dah pernah bilang sama suamiku, kalau kaya gini aja aku mau resign, tapi apa jawaban dia-sabar nanti juga ada jalan keluar. Tau kah teh, tiap bulan ia tak ada kasih aku uang belanja, semua uang ia kasihkan untuk keluarganya sendiri. Cuma sekali aja dia kasih, waktu awal-awal menikah. Aku gak bisa bayangin gimana kalau aku berhenti kerja. Aku cuma mau dia sadar teh, aku cape. Aku merasa bukan dia yang mencari nafkah untuk keluarga tapi aku. Aku yang mikirin semuanya, dari mulai makan,susu anak,pembantu sampai asuransi anak. Aku teh aku..!! Mau sampai kapan kaya gini teh, aku gak kuat."

Masih terngiang dan teringat jelas isak tangisnya saat ia meluapkan apa yang selama ini ia tahan. Maaf, aku gak bisa kasih banyak saran tentang ini, kau yang lebih tau bagaimana kondisi rumah tanggamu. Sedari awal seharusnya kau tau bagaimana laki-laki pilihanmu itu. Aku masih ingat kau pernah cerita tentangnya dengan kisah yang hampir sama. Dan kau juga yang memutuskan untuk kemudian menikah dengannya. Dia pilihanmu,ini juga pilihanmu, jadi siap tidak siap kau harus terima resiko atas pilihanmu itu. Cukupkan kau cerita pada Tuhanmu saja.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Aku ingin menikah teh, pengen bisa jauh dari ibuku. Aku sudah muak. Entahlah mungkin hanya egoku saja, tapi aku benci jika ibu menjelek-jelekkan bapakku. Rasanya ingin pergi jauh dari rumah."

Satu bulan yang lalu pesan itu masih aku simpan dalam inbox ponselku, dan baru satu minggu yang lalu aku hapus pesan sahabatku itu. Entah sudah berapa orang yang menasihatinya, entah juga sudah berapa kalimat aku ungkapkan padanya. Ia masih tetap dengan emosinya.
Dan sekitar 2 bulan yang lalu (mungkin-aku lupa), ia datang ke rumahku dengan sang ibu dan adik tercintanya, begitu harmonis. Sang ibu dengan lembut mencium keningnya saat akan pamit kembali pulang. Apa hal gerangan? dan kau tau, ternyata ia telah memilih untu berterus terang pada sang ibu tentang apa yang selama ini ia rasakan, yang selama ini ia pendam.
Kini ia bahagia berada ditengah-tengah keluarga kecilnya, Ayah-Ibu-dan Adik terkasih.

 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hidup ini pilihan. Apa, Kapan, Dimana, Siapa dan Bagaimana pilihanmu itu adalah jalan yang harus ditempuh. Segala resiko yang ada didalamnya harus diterima. Karena kita tak akan pernah tau kejutan apa yang nantinya akan kita terima setelahnya. Memilih tuk jadi sang awankah yang terkadang putih dan terkadang hitam. Menjadi sang pelangikah yang dapat mengindahkan langit setelah hujan, atau memilih untuk menjadi lautan dengan deburan ombaknya yang memecah karang.
Waktu tak akan pernah kembali. Seperti air sungai yang kita sentuh, maka kita tak akan pernah bisa menyentuhnya kembali, karena ia akan mengalir menjauhi kita. Bila kita ragu akan pilihan kita, mintalah petunjuk pada sang Maha Pemilik Hati, pilihan Nya lah yang terbaik. Dan jika terjadi masalah atas pilihan yang telah kita pilih sendiri, yakinlah bahwasanya Tuhanmu tak akan diam, panjatkan doamu pada Nya, karena sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan.

Untuk kalian duhai sahabat, maaf jika kisahmu aku angkat tanpa seijin kalian. Bukan semata ingin memperoleh keuntungan hanya ingin berbagi pada yang lain, bahwa pilihan dalam hidup bukan lah semata hanya pilihan yang bisa dianggap remeh. Dengan kata "gimana nanti."
Tuhan bersama kalian, dan yakinlah semua kan indah pada waktunya.



-Giey-
21 April 2015
20:00

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hhhh...

Romansa Putih Abu-Abu ( 1 )

Tarian Jemariku