Peluk Aku Tuhan

"Tuhan terimakasih telah beriku Ibu terbaik sepanjang masa, Terimakasih telah beriku kesempatan untuk bisa merasakan perjuangan dijalan Mu"

Aku menatapnya terbaring lemah, tak selemah kemarin mungkin, tapi masih ku lihat wajahnya yang sedikit pucat. Ia tersenyum, dengan semangat ia akhirnya bercerita tentang perjuangan panjangnya melahirkan malaikat kecil yang gagah. Hingga akhirnya ia harus terpisah dari sang buah hati karena pendarahan yang dialaminya.
Aku bisa merasakan apa yang ia rasakan saat ini, rasa sakit yang sangat, kekuatan jiwa dan raga demi lahirnya sang buah hati tercinta.

Aku teringat mamaku, betapa besar perjuangannya untukku. Beliau yang mencari nafkah ketika bapak aku tak mampu lagi bekerja. Masih terngiang masa kecilku, betapa manjanya aku, betapa nakalnya aku. Aku dibesarkan dari keluarga sederhana. Kakakku pernah bercerita ketika aku lahir, usaha mamaku berkembang maju, hingga beliau punya pabrik kecil dan kueh yang dihasilkan diberi nama panggilanku. Entah sebab apa, akhirnya pabrik itu bangkrut seiring bertambahnya usiaku.
Bagiku bapak dan mama adalah orang tua yang sangat luar biasa. Terutama mama, ia berjuang dengan sangat keras demi anak-anaknya, cita-cita nya hanya satu "Mama ingin anak mama jadi sarjana semua" dan cita-cita itu tercapai.

Kini aku menggantikan posisi mama, aku harus mencari nafkah sendirian. Jika dibandingkan, perjuanganku tak ada apa-apanya. Mama adalah pejuang tangguh, wanita luar biasa, ia usaha bukan menjadi pesuruh orang. Sedang aku? aku wanita cengeng, kerjaku ditunjuk oleh orang. Tapi Tuhan adil, seandainya aku ada di posisi mama saat itu belum tentu aku mampu. Untuk menghidupi 3 nyawa saja sudah membuatku kewalahan, bagaimana jika harus menghidupi 5 nyawa sekaligus?mungkin aku udah gantung diri.

Kau tau, aku selalu ingin terlihat bahagia apapun keadaanku. Aku ingin mereka tau aku baik-baik saja. Lebih merasa nyaman ketika di luar rumah, bukan berarti rumah tak buatku nyaman tapi diluar sana aku bisa melupakan sejenak yang menjadi beban fikiranku. Kata orang kalau punya masalah ceritalah... Aku lebih senang menceritakan apa yang aku alami dan aku rasakan pada kertas putih, aku lebih senang berkisah, mencurahkan isi hati ini pada Sang Maha. Aku tak pernah mau dikasihani. Saat aku bercerita aku tak mau orang berfikiran seolah aku butuh belas kasihan. Aku Tak Mau Itu.
Jangan pernah memintaku untuk becerita. Dan ketika aku mulai bercerita biarkan aku bercerita tanpa kau berbelas kasih padaku. Cukup aku meminta belas kasih pada Tuhanku, sekalipun mungkin datangnya pertolongan Dia adalah dari orang-orang disekitarku, nantinya.

Sempat aku berfikir, adakah di luar sana yang mengalami apa yang aku alami saat ini? jika mengalami lebih dari yang aku alami, aku tau sangat banyak. Bersyukurlah untuk kalian yang masih memiliki mama, setidaknya ada tempat untuk kalian bersandar, tempat kalian berkeluh kesah, tempat kalian berbagi, bercerita, berkisah, menangis dan tertawa. Beliau pasti akan mengusap air matamu, mencarikan solusi, mendoakan, membelai lembut kepalamu, memeluk hangat dan menenangkan.
Dan aku hanya mampu membayangkan itu saat ini.
Tapi aku masih punya Tuhan, Ia Sang Maha Rahim. Aku mengadu padaNya, berkeluh kesah kepada Nya, berkisah kepada Nya, menangis dihadapan Nya. Saat tak ada lagi bahu untuk tempatku bersandar, masih ada lantai untuk tempatku bersujud. Dan saat aku terlelap dalam tidurku dalam kegundahan hatiku, dalam lelah nafasku,aku tau Tuhan menjaga dan memelukku.


-Giey-
03.12.2014 (21:30)

Comments

Popular posts from this blog

Hhhh...

Romansa Putih Abu-Abu ( 1 )

Tarian Jemariku