Doaku Untukmu Senja
Mulut mungilnya tiba-tiba saja berceloteh. "Bunda, tadi tante nangis dimarahin sama om." Aku kernyitkan dahiku, hatiku bergumam "dari mana dia tau." Aku pun bertanya "Kenapa, ade tau dari mana?" Sambil terus menjilati es krim favoritnya dia bercerita dengan polos "Om nya cape kali bun, jadi tantenya dimarahin, tapi tadi tantenya di geret-geret tangannya sama om." DEG...! Seketika itu pula aku terdiam jantungku terasa berhenti, bagaimana bisa peristiwa macam itu terjadi di depan anakku. Tuhan, ternyata dia belum berubah. Setelah apa yang pernah dia lakukan pada sahabatku, kini ia ulang kembali pada yang lain.
Masih aku ingat cerita sahabatku itu, sebelum benar-benar berpisah dari laki-laki yang katanya sayang padanya, ia pernah berpesan "Aku mohon padamu, cukup ada satu aku, jangan ada aku yang lain, perlakukanlah siapapun nanti yang kan menjadi istrimu kelak dengan baik,aku harap kamu mengerti." Dan masih ku ingat betapa sahabatku masih memberi toleransi pada laki-laki itu saat gugatan perceraiannya. Ia dengan santai menelfon mantan suaminya bertanya "Isi gugatannya mau yang mana?untuk KDRT mau di masukin apa gak?" Gila fikirku waktu itu, dan jelaslah laki-laki pengecut macam dia mana berani KDRT masuk dalam BAP, karena sudah pasti itu bisa merusak reputasinya. Jika aku ada di posisi sahabatku, aku tak kan bertanya, aku akan tegas memasukan itu dalam salah satu berkas laporanku.Tapi tidak dengannya, entah apa yang dia fikirkan, mungkin bisa jadi dia juga memikirkan buah cintanya.
Dan sayang harapan, pesan singkat sahabatku padanya seperti hanya dianggap sebagai angin lalu. Akupun masih ingat benar, setelah semuanya berakhir sahabatku lebih menjadi pendiam, bahkan dia selalu merasa ketakutan jika ada laki-laki yang berkata dengan suara dan nada yang tinggi.
Pernah ku lihat ia menangis, saat ku tanya kenapa, dia hanya menggeleng pelan. Aku bujuk dia untuk bercerita, hingga akhirnya dia berkata "kakakku membentakku." Oh Tuhan, sahabatku mengalami trauma, tak seperti biasanya, sebelum ini ia tak pernah menangis saat kakak laki-lakinya atau siapapun membentak dia,tapi kini....
"Bunda, udah es krimnya, simpen di kulkas lagi aja ya bun?" Suara si kecil membuyarkan segala lamunanku. Aku hanya mengangguk pelan dan beranjak dari tempatku untuk mengikuti permintaan anakku.
Untukmu sahabatku dimanapun kau berada, tetaplah tersenyum dan tertawa seperti yang telah kau lakukan selama ini, dunia kan berduka saat kau teteskan kembali air mata mu. Kau wanita terhebat yang pernah aku kenal kedua setelah ibundaku tentunya. Kesabaranmu mengajarkanku segalanya. Tenanglah kawan, Tuhan tak pernah tidur, Dia yang akan menjagamu di setiap hela nafasmu. We Love You...
-Giey-
25-10-2014 (23:13)
..........
Masih aku ingat cerita sahabatku itu, sebelum benar-benar berpisah dari laki-laki yang katanya sayang padanya, ia pernah berpesan "Aku mohon padamu, cukup ada satu aku, jangan ada aku yang lain, perlakukanlah siapapun nanti yang kan menjadi istrimu kelak dengan baik,aku harap kamu mengerti." Dan masih ku ingat betapa sahabatku masih memberi toleransi pada laki-laki itu saat gugatan perceraiannya. Ia dengan santai menelfon mantan suaminya bertanya "Isi gugatannya mau yang mana?untuk KDRT mau di masukin apa gak?" Gila fikirku waktu itu, dan jelaslah laki-laki pengecut macam dia mana berani KDRT masuk dalam BAP, karena sudah pasti itu bisa merusak reputasinya. Jika aku ada di posisi sahabatku, aku tak kan bertanya, aku akan tegas memasukan itu dalam salah satu berkas laporanku.Tapi tidak dengannya, entah apa yang dia fikirkan, mungkin bisa jadi dia juga memikirkan buah cintanya.
Dan sayang harapan, pesan singkat sahabatku padanya seperti hanya dianggap sebagai angin lalu. Akupun masih ingat benar, setelah semuanya berakhir sahabatku lebih menjadi pendiam, bahkan dia selalu merasa ketakutan jika ada laki-laki yang berkata dengan suara dan nada yang tinggi.
Pernah ku lihat ia menangis, saat ku tanya kenapa, dia hanya menggeleng pelan. Aku bujuk dia untuk bercerita, hingga akhirnya dia berkata "kakakku membentakku." Oh Tuhan, sahabatku mengalami trauma, tak seperti biasanya, sebelum ini ia tak pernah menangis saat kakak laki-lakinya atau siapapun membentak dia,tapi kini....
..........
"Bunda, udah es krimnya, simpen di kulkas lagi aja ya bun?" Suara si kecil membuyarkan segala lamunanku. Aku hanya mengangguk pelan dan beranjak dari tempatku untuk mengikuti permintaan anakku.
Untukmu sahabatku dimanapun kau berada, tetaplah tersenyum dan tertawa seperti yang telah kau lakukan selama ini, dunia kan berduka saat kau teteskan kembali air mata mu. Kau wanita terhebat yang pernah aku kenal kedua setelah ibundaku tentunya. Kesabaranmu mengajarkanku segalanya. Tenanglah kawan, Tuhan tak pernah tidur, Dia yang akan menjagamu di setiap hela nafasmu. We Love You...
-Giey-
25-10-2014 (23:13)
Comments
Post a Comment