Kisah Kemarin "Aku Bukan Buku Harianmu (Lagi)"
Hari ini hari dimana aku
mendapatkan jawaban atas segala tanya yang ada dibenakku selama ini tentang
dia, tentangnya yang mulai menepi. Dan ternyata dugaanku tepat, tak pernah jauh
kisah itu dari teduhnya cahaya rembulan.
Hari ini, hari dimana aku
baru menyadari bila aku ini seperti buku harian untuknya. Saat aku ungkapkan
ini padanya dia tak mengerti. Dan aku berkata, Kau tau apa yang orang lain
lakukan pada buku harian? Dia bebas mengekspresikan segala rasa yang dia alami
diatasnya, mengukirnya tentang kisah kasih, tentang rasa
kesal,senang,sedih,amarah dan tentang hal lainnya. Tak sadarkah kau selama ini?
Maaf, kata itu dengan
mudah terlontar darinya. Entah apakah dia pernah memikirkan perasaanku sedikit
saja, pernahkah ia?
Terasa lucu, karena ini
pun terjadi karena kebodohanku. Aku terlalu berharap dan selalu tak pernah
berhenti untuk berharap, jika senja bisa menggantikan kekagumannya pada
teduhnya cahaya rembulan. Hanya ternyata aku salah, dia tak pernah berpaling
sekalipun cahaya itu tak pernah muncul dia tetap setia menantinya.
Dia pernah berkata bila aku tak akan pernah bisa menggantikan posisinya, karena aku memiliki apa yang tak “dirinya” miliki, dan aku tetap ada diruang hatinya yang lain. Ya, aku memang ada di ruang hatinya yang lain (mungkin), tapi jauh di sudut sana, nyaris tak terlihat bahkan terjamah. Dan kau berkata “aku berharap melewati masa pertemuan kita, bila pada akhirnya hanya ada rasa sakit” –akupun berharap hal yang sama-
Dia pernah berkata bila aku tak akan pernah bisa menggantikan posisinya, karena aku memiliki apa yang tak “dirinya” miliki, dan aku tetap ada diruang hatinya yang lain. Ya, aku memang ada di ruang hatinya yang lain (mungkin), tapi jauh di sudut sana, nyaris tak terlihat bahkan terjamah. Dan kau berkata “aku berharap melewati masa pertemuan kita, bila pada akhirnya hanya ada rasa sakit” –akupun berharap hal yang sama-
Aku telah lama bertahan
dengan keadaan ini, dengan rasa sakit, tapi entah aku selalu merasa senang bila
ia berbagi kisahnya denganku, namun hari ini aku memutuskan untuk mencukupkan
semuanya. Aku sadar, aku tak kan pernah bisa mendapatkan apa yang selama ini
aku tunggu. Semuanya hanya hal semu, tanpa arti.
Mungkin aku akan merasa sangat kehilangan, karena mencari orang yang mengerti dengan apa yang aku ungkapkan melalui cara yang berbeda itu sulit. Selama ini hanya kamu yang mampu mengerti tentang kata yang aku tuliskan, hanya kamu yang memahami tentang kisah yang aku ceritakan.
Mungkin nanti, tak akan ada lagi senja yang sama untuk kita tatap, semburat jingga untuk kita berbagi kisah,dinginnya udara tempat kita saling bercerita, menangis dan tertawa bersama. Aku akan merindukan setiap detik waktu yang pernah kita lewati bersama.
Mungkin aku akan merasa sangat kehilangan, karena mencari orang yang mengerti dengan apa yang aku ungkapkan melalui cara yang berbeda itu sulit. Selama ini hanya kamu yang mampu mengerti tentang kata yang aku tuliskan, hanya kamu yang memahami tentang kisah yang aku ceritakan.
Mungkin nanti, tak akan ada lagi senja yang sama untuk kita tatap, semburat jingga untuk kita berbagi kisah,dinginnya udara tempat kita saling bercerita, menangis dan tertawa bersama. Aku akan merindukan setiap detik waktu yang pernah kita lewati bersama.
Aku pernah memintamu
untuk menemaniku menatap indahnya awan dari atas sana, dan kau berkata “aku tak
bisa”. Tak apa, kisah kemarin adalah kisah pertama dan mungkin kisah terakhir
kala kita tertawa, tersenyum, merasa
lelah saat menapaki puncak tertinggi Jawa Barat walaupun kita tak pernah
menatap indahnya awan bersama. Tapi setidaknya kita pernah menatap langit
jingga yang sama.
Terimakasih atas kisah
yang pernah ada, terimakasih atas rasa nyamanmu untuk berbagi tiap detail
cerita padaku. Ini waktunya untuk aku pergi, untuk aku bisa melupakanmu dan kau
lupakan aku. Waktunya aku berbenah diri dengan perlahan dari rasa sakit,
menutup lembaran yang pernah kau tuliskan, aku berdoa untukmu yang terbaik.
Maafkan aku, bila esok aku tak lagi bisa menjadi buku harianmu, kau telah
temukan buku harianmu yang sempat hilang kemarin, berbagilah dengannya,
tuliskan kisah indahmu di sana. Dan aku yakin dia kan menjadi buku harianmu
hingga hari esok, hingga mimpi dan harapanmu terwujud, tanpa ada satupun lembar
kosong yang tak terisi, bahkan dia tak hanya sekedar menjadi buku harianmu, kan
menjadi lebih dari itu.
Aku bahagia bila kau
bahagia, ungkapan itu terlalu berat untuk aku ucapkan kepadamu. Cukupkan aku
berkata aku kan tersenyum saat kau tersenyum kepadaku.
-Giey- #aku bukan buku
harianmu (lagi)
31 Juli 2014 (21:00)
Comments
Post a Comment