09-10 Agustus 2014


Papandayan,09-10 Agustus 2014.
Akhirnya keinginanku untuk menapaki satu per satu gunung di Jawa Barat kembali terwujud. Mimpi untuk berada di indahnya padang eidelweis pun menjadi nyata. Tapi aku tak akan menceritakan perjalananku di sini, karena membuat safar nama bukanlah keahlianku. Aku hanya akan bercerita tentang rasa, ya lagi-lagi rasa selalu mengikuti dimanapun, kapanpun dengan siapapun berada.

Aku mungkin bisa sejenak melupakannya saat memulai perjalanan dari rumah hingga kaki menapaki batuan terjal menanjak, saat gelak tawa mengiringi tiap langkah perjalanan, saat riuhnya suara riang para pendaki yang bernyanyi, saat tanpa malu membuat dagelan di tengah-tengah hutan, dan saat aku terlelap dalam lelah. Tapi, ada kalanya masa dimana aku sangat menginginkannya ada di sini bersamaku, ketika aku menatap langit biru nan cerah, saat aku menatap indahnya alam dari atas ketinggian, saat aku menatap langit senja dan saat aku menikmati indah dan sejuknya cahaya rembulan.

Pernah aku katakan padamu tentang rasa sakit saat aku merasa bila diri hanyalah sebagai buku harianmu. Tapi ternyata sakit saat menahan rindu untuk berbagi cerita bersamamu itu lebih perih, dan aku tau kau pun merasakan yang sama. Kita mungkin tak kan pernah bisa bersatu, tapi setidaknya kita bisa saling melengkapi untuk membuatnya menjadi indah.  Kau tak pernah berhenti berkisah dan bercerita tentangku, tentang keindahanku, sekalipun saat itu mendung menghiasi sebagian wajahku. Dan begitupun aku, aku tak pernah berhenti mendengar apapun keluh kesahmu, bila waktu kau tak sedang bercerita padaku, aku kan menelisik jauh ke dalam mencari tau ada apa denganmu, lewat kisah yang kau tuliskan, lewat kawan, dan lewat doa yang ku panjatkan.

Di sini, saat menatap indahnya ribuan bunga yang katanya abadi, aku kembali berharap kau yang ada disampingku hari ini. Menikmati harumnya, menikmati semilir angin, menikmati panas mentari yang membakar kulit dan menikmati tawa ceria nan hangat dari mereka yang berbahagia bisa berada diantaranya. Aku tak pernah menyesali akan perjalanan yang telah ku lalui di atas ketinggian sana walau tanpamu.

Aku nikmati perjalanan dengan tawa, karena aku bersama-sama dengan mereka yang ceria. Namun bila ada satu cara tuk kembali ke sana, aku ingin tertawa bersamamu, menatap langit yang sama, dan bercerita pada desah angin malam yang dingin menusuk tulang.

Kita mungkin tak akan pernah bisa bersatu, karena kau savana dan aku senja



#Untukmu Savana Senja


-Giey-
13.08.2014 (21:15)

Comments

Popular posts from this blog

Hhhh...

Romansa Putih Abu-Abu ( 1 )

Tarian Jemariku