Makna Sebuah Kesetiaan
Malam itu selepas shalat
tarawih aku berbincang dengan seseorang yang sangat aku hormati. Dengan
tubuhnya yang tak lagi kokoh dan giginya yang tak lagi utuh, dengan wajah yang
telah keriput ia mulai berkisah. Berkisah tentang masa lalunya, tentang pertama
kalinya saat ia bertemu dengan istri tercinta dalam sebuah perjodohan orang tua
hingga akhirnya menikah.
Beliau berkata saat baru
menikah, ada seorang pemuda yang mendatangi rumah untuk bertemu dengan
istrinya, mengaku bahwa ia adalah sang kekasih yang akan menikah dengan sang
pujaan hati. Tak berhasil membujuk, ia pun berkata pada laki-laki tsb untuk
pulang, ia katakan bahwa wanitamu telah menikah dengan laki-laki lain yang
telah disiapkan kedua orang tuanya.
Disela cerita beliau berkata “ jangan pernah menerima janji dari seseorang atau bahkan membuat janji untuk mau menikah dan menanti laki-laki melamarmu jika memang kamu tak bisa, karena suatu hari ia akan menagih janji itu. Khawatir bila ia tidak menerima kenyataan yang ada, ia akan membalas rasa sakit hatinya pada mu suatu saat.”
Terimasih pak, akan ku ingat tiap kata bermakna yang kau ucapkan dan akan ku ingat tiap cerita yang kau kisahkan dan aku saksikan. Gumamku.
Disela cerita beliau berkata “ jangan pernah menerima janji dari seseorang atau bahkan membuat janji untuk mau menikah dan menanti laki-laki melamarmu jika memang kamu tak bisa, karena suatu hari ia akan menagih janji itu. Khawatir bila ia tidak menerima kenyataan yang ada, ia akan membalas rasa sakit hatinya pada mu suatu saat.”
Terimasih pak, akan ku ingat tiap kata bermakna yang kau ucapkan dan akan ku ingat tiap cerita yang kau kisahkan dan aku saksikan. Gumamku.
Memiliki 4 orang anak,
walau 1 orang anak akhirnya meninggal saat masih bayi. Membuat keluarga ini
seperti lengkap. Beliau berkisah bahwa ia tak pernah membalas kemarahan
istrinya dengan kemarahan. Ia memilih untuk diam mendengarkan, lalu kemudian
pergi berlalu tanpa berkata. Beliau bilang ayahandanya pernah memberinya
wejangan agar bila berkeluarga suatu saat nanti, jangan pernah membalas amarah
istrimu, dengarkan bak suara angin yang akan berlalu begitu saja. Dan ia pun
melakukannya. Berhasil, nyatanya keluarganya utuh sekalipun pertengkaran demi
pertengkaran kadang menghiasi tiap tahun usia pernikahan mereka, hingga
anak-anaknya dewasa.
Dan kesetiaan satu sama
lain yang aku salutkan, apapun dan bagaimanapun keadaan pasangan satu sama
lain, mereka tetap dengan teguh memegang janji pernikahan mereka. Sampai akhirnya
salah istri tercinta jatuh sakit. Dengan sabar beliau melayani sang istri yang
telah bertahun-tahun menemaninya dan berjuang untuk keluarga, memapahnya,
dengan setia beliau membuatkan tempat sang istri untuk perpegangan saat tak
mampu melangkah sendiri. Hal itu beliau lakukan setiap hari, hingga akhirnya
Tuhan memisahkan mereka dengan takdir kematian.
Begitu indah kisah ini
kudengar dan ku saksikan, tak terasa mata ini berkaca saat satu demi satu kata
aku torehkan, saat aku kembali mengenang masa-masa dimana aku menyaksikan
semuanya. Seandainya aku bisa memiliki kisah yang sama dengan kisah mereka.
Seandainya... Semoga....
Comments
Post a Comment