Akan Selalu Ada Pelangi Setelah Hujan
Satu persatu kawan bercerita tentang hidup.
Dan mereka yang bercerita, mengisahkan hal yang sama padaku. Maaf kawan jika
hari ini kisahmu ku tuangkan pada selembar kertas putih. Sedikit mengherankan
karena tak ada 1 pun wanita diantara kalian yang bercerita padaku, dan kalian
mengeluhkan hal yang serupa tentang hidup.
(Restu)
Sebelumnya dia wanita
termanis yang pernah aku kenal, dia melengkapi hidupku. Dia berjanji padaku
untuk tetap setia padaku. Namun akhir-akhir ini dia berubah, dia kembali dalam
kegelapan masa lalunya. Entah sudah berapa kali aku ingatkan dia, sampai
akhirnya aku mengancamnya bila ia tetap teguh pada pendiriannya itu. Jujur aku
terluka, aku sakit, dalam setiap sujudku pada Illahi aku menangis. Aku hanya
ingin dia kembali seperti awal kita bersama. Sudah 2 minggu ini kami tak
berkomunikasi, biasanya hampir tiap waktu kami saling memberi kabar, biasanya
setiap malam dia menelefonku, tapi tidak untuk kali ini.
Kau tau, dia sempat
memberikanku beberapa buku untuk aku baca saat aku pulang ke kampung halaman
untuk menemuinya sebelum ini. dan aku kembalikan semua buku itu dengan
bersungut-sungut, bertanya dalam hati apa maumu wanitaku? Aku tak kan mengamini
apa yang ada dalam bukumu itu. Tak akan pernah sampai kapanpun...!
Entah apa yang ada dalam
fikirannya Neng –Restu memanggilku dengan Neng- doktrin kuat keluarganya
sepertinya benar-benar telah mendarah daging dalam dirinya. Begitu datar
ekspresinya saat aku kembalikan bukunya. Aku hampir putus asa, bila aku tak kau
ingatkan. Terimakasih.
Dan aku heran, bagaimana
kamu bisa lewati ini semua? Berbeda mungkin antara laki-laki dan perempuan yah?
Aku sebagai laki-laki jujur baru sebentar begini sudah tak kuat, seolah
terombang-ambing tanpa sayap yang utuh. Tapi kamu? –Dan aku hanya menjawab
dengan senyuman-
(Arai)
Ternyata jauh dari orang
yang kita sayang itu sangat tidak enak, aku lelah harus bolak-balik dari satu
tempat ke tempat lain dengan jarak tempuh yang tak dekat. Jauh cukup Jauh,
perlu berjam-jam untuk sampai ke sana. Dan aku terpaksa lakukan itu hanya satu
minggu sekali. Aku sudah membujuk dia untuk ikut berjuang bersamaku di sini,
tapi ia tak mau, alasan yang dia ungkapkan selalu sama. Apa boleh buat dek, aku
tak mau ini jadi permasalahan yang nantinya malah menjadi lebar dan besar. Biar
saja aku yang mengalah demi mereka.
Dek, posisi kakak saat
ini ada di ujung barat indonesia, semakin jauhlah aku dengan orang-orang yang
aku sayang. Seperti kapal oleng ya rasanya, padahal belum ada 1 tahun aku
rasakan ini. Bagaimana dengan kamu yang sudah bertahun-tahun ya dek? –dan aku
hanya memberi isyarat dengan senyum-
Dek aku sakit, rasanya aneh ketika sakit harus lewati semua sendiri. Padahal baru kali ini aku sakit tanpa dia yang mengurusi segala kebutuhanku. Salutku untukmu dek, kamu mampu lewati rasa sakit itu dan memenuhi kebutuhanmu sendiri. –aku kembali tersenyum-
Dek aku sakit, rasanya aneh ketika sakit harus lewati semua sendiri. Padahal baru kali ini aku sakit tanpa dia yang mengurusi segala kebutuhanku. Salutku untukmu dek, kamu mampu lewati rasa sakit itu dan memenuhi kebutuhanmu sendiri. –aku kembali tersenyum-
Doakan aku ya dek, semoga
kali ini dia mau untuk ikut menemaniku berjuang di sini. –dan aku mengamini
harapannya-
(Iras)
Akhir-akhir ini kok aku
seperti orang gila yah, otakku kacau,pun begitu dengan kehidupanku. Seperti tak
terkontrol. Aku merasakan ini setelah mereka jauh dariku. Aku malas pulang,
itulah kenapa hampir setiap hari aku pergi ke tempat yang selalu menenangkanku “Masjid”,
dan setelah semua rangkaian ibadah pada sang khalik selesai, aku tak ingin
pulang, macam gembel. Aku kangen dengan mereka.
Kau tau, aku kemarin
menangis hanya karena kau melihat salah satu kawan kita pulang dan berkata “aku
mau pulang, mau main sama malaikat-malaikatku”. Tuhan sakit rasanya. Aku ingin
semua kembali seperti semula, dimana setiap waktu dia tersenyum untukku lewat
pesan singkatnya, dimana kala pagi dia menyapaku dengan lembut, dimana saat
rasa lelah mendera bidadari kecilku mengusir rasa itu dengan tawanya, dengan
celotehnya.
Kamu kuat ya, mungkin
benar kata orang. Perempuan itu punya kekuatan yang luar biasa yang tidak
dimiliki laki-laki. Tak ada maksud apa-apa bila aku bercerita tentang ini, aku
hanya butuh teman untuk bicara dan mendengar. Terimakasih ya, entah sudah
berapa kali ya kamu mendengarkan keluh kesahku. Dan setiap itu pula kamu tak
pernah menghakimiku. –dan aku hanya bisa tersenyum-
Setiap dari kita akan
diuji oleh Illahi Rabbi. Apakah kita akan lulus dari ujian itu atau malah
mengutuki ujian yang datang pada kita. Ingatlah, semua ada masanya. Dia tak
akan memberikan ujian apapun diluar batas kemampuan umatNya.
Lihatlah gunung berapi
yang menjulang tinggi di sana, begitu besar, menyeramkan dengan lebatnya
pepohonan, menakutkan dengan jurang yang tercipta dan jalan yang menanjak dan
terjal. Seolah mustahil bagi kita untuk dapat mencapai satu titik dimana
terdapat keindahan di dalamnya. Tapi, bila kita memiliki keyakinan bahwa kita
bisa menggapainya, dengan mengikuti alur yang telah ada, menikmati tiap langkah
perjalanannya, maka pada akhirnya kita sampai pada titik terindah itu dengan
senyum kepuasan.
Begitupun dengan masalah
yang ada di hadapan kita, begitu rumit terasa, ada keinginan untuk lari
menghindar bahkan menyerah, putus asa. Tapi taukah, bila kita mau menghadapi
semua dengan keyakin pada Illahi, mengikuti jalan yang telah Dia tunjukkan,
maka kau kan menemukan titik cahaya putih yang berpendar sangat indah. Dan itulah
akhir perjuangan panjangmu. Kisah yang
berakhir dengan kebahagiaan yang tak pernah kita bisa duga sebelumnya.
Tetap tersenyum.
Tetaplah menari dalam hujan, karena akan selalu ada Pelangi setelah hujan.
Tetaplah menari dalam hujan, karena akan selalu ada Pelangi setelah hujan.
Comments
Post a Comment